MAKALAH
IKD III (KESEHATAN REPRODUKSI)
SEJARAH KESEHATAN WANITA DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas IKD III
Dosen
pembimbing
Septi
Kurniawati, S.ST

Disusun
Oleh :
Kelompok 2
AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PRODI D III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita
semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat mengerjakan tugas makalah dari materi Ilmu
Kebidanan Dasar III (Kesehatan Reproduksi) tentang Sejarah Kesehatan Wanita di Indonesia.
Dalam mengerjakan tugas ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari Dosen kami. Oleh karena itu kami inign menyampaikan ucapan terimakasih kepada
: Ibu Septi Kurniawati, S.ST selaku Dosen mata kuliah Ilmu Kebidanan
Dasar III (Kesehatan Reproduksi) dan kepada teman-teman yang telah membantu
pengerjaan makalah ini hingga selesai.
Kami mohon maaf apabila
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.
Krikilan, Maret 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3.
Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum……………………..……….…………………………………...2
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………...……………......2
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Kesehatan Reproduksi Remaja …………………………………………………...….3
2.2.
Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja…………………….…..5
2.3.
Masalah Pada Kesehatan Reproduksi Remaja…………………………………….….9
2.4.
Solusi Mengatasi Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja…………………….…...11
2.5.
Pengertian Keputusan…………………………………………………………….…18
2.6.
Peran Wanita………………………………………………………………………...19
2.7.Peran Dan Tugas Bidan Untuk Melibatkan Wanita
Dalam
Pengambilan Keputusan…………………………………………………………..…21
BAB III. PENUTUP
3.1.
Kesimpulan…………………………………………………………………...…......22
3.2.
Saran………………………………………………………………………...………22
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Masa remaja merupakan salah satu periode
dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan
dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan
psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja
pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami
masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual,
mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami
perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Kesehatan reproduksi
adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Hanya
saja dalam keseharian remaja sering mendapatkan informasi yang keliru mengenai
kesehatan reproduksi berasal dari teman-teman mereka, informasi parsial dalam
media massa, maupun dalam buku-buku, yang kadang-kadang informasi itu tidak
bisa dipastikan kebenarannya. Hal yang bisa dilakukan perempuan untuk
meningkatkan pemahaman remaja yang ada dilingkungannya mengenai kesehatan
reproduksi diantaranya adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi secara rutin dan berkala agar remaja tidak mencari dan mendapatkan
informasi yang keliru dan parsial mengenai kesehatan reproduksi.
1.2 RUMUSAH
MASALAH
1.2.1 Apa
yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?
1.2.2 Apa saja faktor yang mempengarui kesehatan reproduksi pada remaja?
1.2.3 Apa saja
masalah yang timbul pada kesehatan reproduksi remaja?
1.2.5 Bagaimana
cara mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja?
1.2.5 Apa yang dimaksud dengan keputusan?
1.2.6 Bagaimana
peran wanita dalam keluarga dan masyarakat?
1.2.7 Bagaimana
peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan?
1.3 TUJUAN
PENULISAN
1.3.1
Umum
a. Mampu
menjelaskan asuhan kesehatan reproduksi remaja
b. Mampu
memahami dan melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan
1.3.2
Khusus
a. Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi kesehatan reproduksi remaja
b. Mahasiswa
mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
c. Mahasiswa
mampu mengetahui masalah yang timbul dalam kesehatan reproduksi remaja
d. Mahasiswa
mampu menjelaskan solusi mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja
e. Mahasiswa
mampu menjelaskan definisi keputusan
f. Mahasiswa
mampu menjelaskan peran wanita dalam keluarga dan masyarakat
g. Mahasiswa
mampu menjelaskan peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam
pengambilan keputusan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A. Definisi
Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan
istilah lain, seperti puberteit
adolescence, dan youth. Remaja
atau adolescence (inggris), berasal
dari bahasa latin “adolescere” yang
berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan
kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan
yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya
perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial
(Surjadi, dkk., 2002:35).
Pieget
(1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana
individu menjadi teintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar ( Ali, 2005:9).
Terdapat
definisi tentang remaja berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan,
antara lain :
a. Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
b. Meurut
WHO batasan usia remaja adalah 12 hingga 24 tahun. Sedangkan dari segi program
pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah
mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum kawin.
c. Sementara
itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasab
usia remaja adalah 10 hingga 19 tahun.
d. Pada
buku pediatric seseorang dianggap memasuki remaja bila seorang anak telah
mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun yntuk laki-laki.
e. Menurut
Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah
individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
f. Menurut
Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur
16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal
g. Menurut
UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang
untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 thun untuk anak
laki-laki.
h. Menurut
Diknas anak dianggap remaja bila sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan
usia saat lulus sekolah menengah
B. Definisi
Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi
berasal dari kara re- yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya
membuat atau menghasilkan keturunan berarti suatu proses kehidupan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Sedangkan yang disebut
organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia.
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di
sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas kecacatan, tetapi juga
sehat secara mental serta sosial budaya.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi
(Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Kesehatan
Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Menurut WHO
(badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.
C.
Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi
Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural.
Remaja perlu mengetahui
kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku
yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
2.2 FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan
faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
a. Faktor Sosial-Ekonomi
dan Demografi
Terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan
tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal
yang terpencil.
b. Faktor Budaya dan Lingkungan
Misalnya, praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain.
c. Faktor Psikologis
Dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya
secara materi.
d. Faktor Biologis
Ccat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular
seksual.
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu :
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan
seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), penyalah
gunaan NAPZA, pengaruh media
massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan
hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.
A.
Kebersihan
Organ-Organ Genital
Kesehatan
reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan
menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah,
maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja
perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan
alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
B.
Akses Terhadap
Pendidikan Kesehatan
Remaja perlu mendapatkan
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui
hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja
mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya
diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan
di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang
tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit
Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan.
Dengan mengetahui tentang
kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya
hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja
tersebut berguna untuk kesehatan remaja, khususnya untuk mencegah dilakukannya
perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker
mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang
suram dari remaja tersebut.
C.
Hubungan
Seksual Pranikah
Kehamilan
dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada
remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri
yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama
dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan
dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya,
hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum.
Kehamilan
yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survey
yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak
diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali
berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih
tua.Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan
kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman.
Komplikasi
dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts
of Life yaitu:
1.
Kematian mendadak karena pendarahan
hebat
2.
Kematian mendadak karena pembiusan yang
gagal
3.
Kematian secara lambat akibat infeksi
serius disekitar kandungan
4.
Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5.
Kerusakan leher rahim (Cervical
Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
6.
Kanker payudara (karena
ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.
Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.
Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.
Kanker hati (Liver Cancer)
10.
Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta
Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan
hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki
keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12.
Infeksi rongga panggul (Pelvic
Inflammatory Disease)
13.
Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga
dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa bersalah,
merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak
histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan
bunuh diri.
D. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah
singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin,
heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan
nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain.
Penggunaan NAPZA
ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan
berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum
suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat
menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
E.
Pengaruh Media
Massa
Media massa baik
cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan
informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.
Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan
reproduksinya.
F.
Akses Terhadap
Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan
kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan
kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik,
posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan.Dengan akses yang mudah
terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang
kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang
benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan
pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.
G.
Hubungan
Harmonis Dengan Keluarga
Kedekatan
dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku
remaja.Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan
yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi
seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga
dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang
perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam
keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang
harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga
kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.
2.3 MASALAH YANG
TIMBUL PADA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Kuatnya norma
sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak pada kuatnya
penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam
kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah
diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah
(NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional),
untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi
Remaja’, namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem nyata yang
dihadapi remaja.
Faktanya,
masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh
remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali
modusnya.Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki
(sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free
Sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar
yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara
medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan
virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel
kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17
tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks
bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di
kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan
Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari
pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos
berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan
seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks
sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja
perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam
kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja
dilakukan.Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau
aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi
si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis,
karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis
yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang
untuk melangsungkan kehamilan.
5. Perkawinan
Dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan.Di
beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan
perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan.Alasan terjadinya pernikahan
dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan
ekonomi.
Remaja yang menikah dini, baik secara fisik maupun
biologis belum cukup matang untukmemiliki anak sehingga rentan menyebabkan
kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari
20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia.
Gejala ini berkaitan dengan distribusimakanan yang tidak merata, antara janin
dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
6. IMS
(Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian
besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun
dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu
kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar
sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker
leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.
2.4 SOLUSI
MENGATASI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Berbagai keadaan
tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara memberi pengetahuan
dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja. Pengetahuan dasar tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Tumbuh
kembang remaja : perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemia, dan
kesehatan reproduksi.
b. Kehamilan
dan melahirkan usia dini : usia ideal untuk hamil, bahasa hamil pada usia muda,
berbagai aspek kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan abortus.
c. Pendidikan
seks bagi remaja : pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan seks,
dan keragaman seks.
d. Penyakit
menular seksual dan HIV/AIDS.
e. Kekerasan
seksual dan cara menghindarinya.
f. Bahaya
narkoba dan minuman keras pada kesehatan reproduksi.
g. Pengaruh
sosial dan media terhadap perilaku seksual.
h. Kemampuan
berkomunikasi : memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana bersikap asertif
(memiliki komunikasi yang baik).
i.
Hak reproduksi dan gender.
Upaya pembinaan kesehatan reproduksi remaja
bertujuan secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai
unsur kesehatan keluarga, guna membina
kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan kesehatan diri,
prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional. Secara khusus pembinaan
ini bertujuan untuk :
a. Meningkatkan
pengetahuan remaja tentang oertumbuhan dan perkembangan biologis yang terjadi
pada dirinya.
b. Menurunkan
kehamilan di kalangan remaja.
c. Menurunkan
angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja.
d. Menurunkan
angka kejadian penyakit akibat hubungan seksual di kalangan remaja.
e. Meningkatkan
peran serta remaja dalam upaya pembinaan kesehatan dirinya.
f. Meningkatkan
peran aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan remaja.
·
Strategi Meningkatkan Kesehatan Remaja
a. Pendidikan Seks
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau
istilah kerennya sex education sudah seharusnya diberikan kepada
anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan
formal maupun informal.Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks
maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.Materi
pendidikan seks bagi para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk
mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta
menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.Meninjau
berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di
masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang
tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian
besar masyarakat masih memandang pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang
vulgar.Berdasarkan sudut pandang psikologis, pendidikan seksual sangat
diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki
kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku
yang kurang bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Pendidikan seks
yang dilakukan sejak dini dapat menekan laju angka penderita penyakit kelamin,
AIDS dan aborsi yang dilakukan kalangan remaja.Bahkan juga bisa mencegah terjadinya
perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak perlu ditutup-tutupi,
karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan ingin mencobanya. Namun,
perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.
Poin-poin
penting yang perlu disampaikan dalam sex
education :
1.
Mengenalkan Perbedaan Lawan
Jenis
Jelaskan
bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis
kelamin. Hal ini yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian,
gaya rambut, cara buang air kecil. Terangkan bahwa anak laki-laki jika sudah
besar akan jadi ayah dan anak perempuan akan menjadi ibu. Tugas utama ayah
adalah mencari nafkah, walaupun harus tetap memperhatikan keluarga. Adapun
tugas utama ibu adalah mengatur rumah tangga dan keluarga. Namun, tidak
menutup kemungkinan seorang ibu membantu ayah dalam mencukupi kebutuhan. Dengan
demikian, anak bisa memahami peran jenis kelamin dengan baik dan benar.
2. Memperkenalkan Organ Seks
Caranya
cukup mudah, misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika
mandi.Perkenalkan anak secara singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti
rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis dan vagina.
Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan cara pemeliharaannya agar
terhindar dari kuman penyakit.
3.
Menghindari Anak Dari
Kemungkinan Pelecehan Seksual
Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan secara
sembarangan.Tumbuhkan rasa malu pada anak, misalnya ketiika keluar dari kamar
mandi hendaknya mengenakan pakaian atau handuk penutup.Selain itu, jika ada
yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak
boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
4.
Informasikan Tentang
Asal-Usul Anak
Untuk anak usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal dari perut
ibu, misalnya sambil menunjuk perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan
dengan usia, anak boleh diterangkan bahwa seorang anak berasal dari sel telur
ibu yang dibuahi oleh sperma yang berasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan
boleh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.
5.
Persiapan Menghadapi Masa
Pubertas
Informasikan
bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan dan
perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa
pubertas. Anak perempuan akan mengalami menstruasi/haid, sedangkan anak
laki-laki mengalami mimpi basah. Hal ini menandai juga perubahan pada bentuk
tubuh dan kualitas, misalnya bagian dada yang membesar pada wanita dan suara
yang memberat pada seorang pria. Penjelasan yang diberikan tentu menggunakan
istilah tepat namun tetap dapat dipahami anak.
Orang tua
dapat memberikan anak buku dengan topik pendidikan tentang seks. Bacalah
bersama anak dan diskusikan apa yang telah dibaca. Hati-hati menonton acara
televisi yang mungkin tidak sengaja berisi kasus-kasus perkosaan dan kekerasan
seksual lainnya.Oleh karena itu, orang tua harus peka untuk langsung
mendiskusikannya dan menjelaskan secara baik, sebab akibat dari kasus tersebut.
Yang terpenting di sini adalah meluangkan waktu, untuk menyampaikan pendidikan
seks dengan santai dan cukup waktu.Perhatikan juga karakter anak dan rentang
atensi yang dimiliki anak, sehingga anak tidak bosan atau jenuh. Gunakan media
seperti gambar, buku, dan benda lain yang menarik minat anak dan buat semenarik
mungkin.
Pendidikan seks diberikan sejak usia balita, tahapan-tahapan pendidikan
seks :
1. Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan
organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk
menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
2.
Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami
perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul
manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan
penyakit.
3.
Usia menjelang remaja (10-13 tahun)
Menerangkan
masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk
tubuhnya.
4.
Usia remaja
Memberi
penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas),
menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta
membangun penerimaan terhadap diri sendiri.
5.
Usia pranikah
Pembekalan
pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6.
Usia setelah menikah
Memelihara
pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan
ketegangan dan stres.
Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikanadalah
sebagai berikut :
A.
Sekolah Dasar (SD) :
Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
1.
Keterbukaan pada orang tua.
2.
Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal
tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar
itu (hubungan laki-laki dan perempuan,
proses membuat anak, dsb.).
3.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
4.
Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
5.
Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks menggunakan bahasa ilmiah, seperti “Penis”,
“Vagina”.
6.
Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
7.
Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
8.
Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh,
termasuk organ seks/organ reproduksi.
9.
Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi
tubuhnya sendiri.
10. Proses
kehamilan dan persalinan sederhana.
11. Mempersiapkan
anak untuk memasuki masa pubertas.
12. Perkembangan
fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
13. Ciri
seksualitas primer dan sekunder.
14. Proses
terjadinya mimpi basah.
15. Proses
terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
16. Memberikan
pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki
sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan
reproduksinya secara umum.
B.
Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
1.
Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
2.
Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
3.
Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada
sistem organ seks.
4.
Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5
dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses
melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
5.
Lebih mengarah ke penyuluhan “Safe Sex”. Bukan hanya
untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
C.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
1.
Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut
di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
2.
Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP
yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi,
masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau
membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian
etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan
b.
Fungsi
Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
a)
Meningkatkan
penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri yang kompeten dan
menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
b)
Memberikan
pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
c)
Pengaruh
struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan kesehatan.
d)
Memfasilitasi
pertumbuhan dan aktualisasi diri.
e)
Menyadarkan
remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak kesehatan dan
kesejahteraan.
2.5
PENGERTIAN KEPUTUSAN
Dalam
menjalani kehidupan, manusia pada hakekatnya selalu membuat keputusan.
Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sehari –
hari, untuk menemukan hal – hal yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya. Emory
dan Nilan (Harrison,1992) mengatakan pengambilan keputusan menunjukan pada
aktivitas seleksi dan komitmen. Pembuat keputusan memilih tujuan – tujuan yang
disukai, peryataan yang paling masuk akal, jalan yang masih baik. Ellion
(Harrison,1992) mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan, adalah orang yang
bertindak sebagai pengambil keputusan, melakukan perbandingan atas alternatif,
termaksuk melakukan evaluasi terhadap manfaatnya.
Keputusan
adalah tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai
kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Keputusan dibuat dalam
kondisi yang tidak jelas alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang
ada. Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang
ditimbulkannya.
Keputusan
yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan
situasi dan kondisi.Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan
kualitas manusia yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu
kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.
Dengan
kata lain, keputusan yang baik
adalah suatu tindakan yang sistematis terhadap suatu masalah dengan cara
mengumpulan fakta-fakta dan data-data serta menentukan pilihan-pilihan yang
matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.
2.6 PERAN WANITA
A. Peran
Wanita dalam Keluarga
1. Sebagai pendamping suami
Keberhasilan seorang suami sangat didukung oleh dukungan dari seorang
istri. Untuk itu peran wanita seabgai istri pendamping suami diantaranya :
1. Memposisikan
diri sebagai istri sekaligus ibu, teman, dan kekasih bagi suami.
2. Menjadi teman
diskusi seraya memberikan dukungan motivasi kepada suami.
3. Berbagi rasa
suka dan duka serta memahami keadaan keadaan, kedudukan, tugas dan
tanggung jawab suami.
4. Menjaga
kesesuaian hubungan suami istri.
2. Sebagai
partner hidup
a.
Mampu berfikir luas dan mengikuti / memahami langkah
suami dalam menjalani hidup, misalnya meniti karier.
b.
Menciptakan kesamaan pandangan dan latar belakang
sehingga memperkecil resiko kesalahpahaman bahkan terjadinya perceraian.
3. Sebagai
pencari nafkah tambahan
b.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna
bagi keluarga.
c.
Mengusahakan penghasilan tambahan / berwirausaha
sesuai dengan kemampuan.
4.
Sebagai pengatur rumah tangga
a. Mampu
menciptakan rumah tangga yang tenang dan aman.
b. Mampu
Menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga dan lingkungan.
c. Mengatur dan
mengelola waktu.
d. Mampu
mengatur keseimbangan penghasilan dan pembelanjaan.
e. Pandai menghemat, hidup sederhana dan dapat menabung.
5.
Sebagai ibu (penerus keturunan) dan pendidik
a.
Mengusahakan
dan mempersiapkan diri untuk melahirkan anak yang sehat.
b.
Mampu memenuhi kebutuhan
anak, memberi rasa aman dan kasih sayang pada anak.
c.
Mampu mendorong
dan membimbing perkembangan jasmani dan
rohani.
d.
Orang tua harus
mempunyai kesatuan sikap dan pandangan dalam mendidik anak-anaknya. Sebagai pendorong
dan contoh teladan bagi putra-putrinya.
B.
Peran Wanita dalam Masyarakat
Sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat, maka seorang wanita
selain berperan di keluarganya juga berperan dan berpartisipasi aktif
dalam lingkungan sosial, salah satu diantaranya adalah dalam pembinaan
kesejahteraan keluarga di masyarakat.
·
Peran wanita
disini meliputi :
1.
Peran sebagai
orang tua.
2.
Peran sebagai kader.
3.
Peran sebagai
perangkat desa.
4.
Peran sebagai
petugas kesehatan.
·
Fungsi dari
peran tersebut dapat dilaksanakan dengan :
1.
Ikut serta
dalam program PKK.
2.
Sebagai anggota
kader yang mampu melaksanakan dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan
tindakan/kegiatan yang ada.
3.
Mengajak wanita
lain untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan PKK.
4.
Memberikan
motivasi dan bimbingan pada warga sekitar tentang pentingnya kesehatan keluarga
serta lingkungannya.(Dwi Maryanti;h:23-26;2009)
2.7 PERAN DAN
TUGAS BIDAN UNTUK MELIBATKAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Secara umum peran dan tugas bidan
untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan adalah sebagai fasilitator,
motivator dan konselor.
A.
Cara Melibatkan Wanita dalam Pengambilan Keputusan
1.
Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang
permasalahan sesuai kebutuhan.
2.
Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari
keputusan apapun yang akan diambilnya.
3.
Meyakinkan wanita (ibu) untuk bertujuan terhadap
keputusan yang akan diambilnya.
4.
Pastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang
terbaik.
5.
Memberi dukungan pada wanita atas keputusan yang
diambilnya.
B.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan
Keputusan
Ada
lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, yaitu diantaranya
:
1.
Proses
pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2.
Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara
sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu.
3.
Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan
pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5.
Keputusan yang baik adalah keputusan yang
telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang. (Yanti;2011)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja ialah periode waktu
individual beralih dari fase anak ke fase dewasa.Tugas-tugas perkembangan
remaja terdiri dari : menerima citra tubuh,menerima identitas seksual,
mengembangkan sistem nilai personal,membuat persiapan untuk hidup
mandiri,menjadi mandiri /bebas dari orang tua,mengembangkan
keterampilan,mengambil keputusan dan mengembangkan identitas seorang yang
dewasa.Identitas status kesehatan anak remaja terdiri dari :identitas
seksual,identitas kelompok,identitas pekerjaan,identitas moral,dan identitasa
kesehatan.
Masa remaja ada dua aspek
perubahan yaitu perubahan fisik dan perubahan
psikologis. Keluarga, sekolah, dan tetangga merupakan aspek
yang secara langsung mempengaruhi kehidupan remaja. Banyak remaja mengira bahwa
kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (senggama) yang pertama kali atau
mereka merasa bahwa dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS karena
pertahanan tubuhnya cukup kuat.
3.2 Saran
A.
Saran umum
Pembaca diharapkan
bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas tentang kesehatan reproduksi
remaja.
B.
Saran khusus
a. Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku
sehat kepada para remaja dan mampu menjelaskan dan
melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan.
b.
Para pemimbing atau
pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan secara lebih detail
tentang kesehatan reproduksi remaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar