Jumat, 17 April 2015

SEJARAH KESEHATAN WANITA DI INDONESIA



MAKALAH IKD III (KESEHATAN REPRODUKSI)
SEJARAH KESEHATAN WANITA DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas IKD III 

Dosen pembimbing
                                      Septi Kurniawati, S.ST




 



Disusun Oleh :
 Kelompok 2

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
PRODI D III KEBIDANAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Syukur Alhamdulillah kami dapat mengerjakan tugas makalah dari materi Ilmu Kebidanan Dasar III (Kesehatan Reproduksi)  tentang Sejarah Kesehatan Wanita di Indonesia.
Dalam mengerjakan tugas ini, kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari Dosen kami. Oleh karena itu kami inign menyampaikan ucapan terimakasih kepada :  Ibu Septi Kurniawati, S.ST selaku Dosen mata kuliah Ilmu Kebidanan Dasar III (Kesehatan Reproduksi) dan kepada teman-teman yang telah membantu pengerjaan makalah ini hingga selesai.
            Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.


                                                                                                  Krikilan,   Maret 2015


                                                                                                            Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                                                    
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum……………………..……….…………………………………...2
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………...……………......2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
            2.1. Kesehatan Reproduksi Remaja …………………………………………………...….3
            2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja…………………….…..5
            2.3. Masalah Pada Kesehatan Reproduksi Remaja…………………………………….….9
            2.4. Solusi Mengatasi Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja…………………….…...11
            2.5. Pengertian Keputusan…………………………………………………………….…18
            2.6. Peran Wanita………………………………………………………………………...19
2.7.Peran Dan Tugas Bidan Untuk Melibatkan Wanita Dalam
Pengambilan Keputusan…………………………………………………………..…21
BAB III. PENUTUP
            3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………...…......22
            3.2. Saran………………………………………………………………………...………22
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
 Hanya saja dalam keseharian remaja sering mendapatkan informasi yang keliru mengenai kesehatan reproduksi berasal dari teman-teman mereka, informasi parsial dalam media massa, maupun dalam buku-buku, yang kadang-kadang informasi itu tidak bisa dipastikan kebenarannya. Hal yang bisa dilakukan perempuan untuk meningkatkan pemahaman remaja yang ada dilingkungannya mengenai kesehatan reproduksi diantaranya adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi secara rutin dan berkala agar remaja tidak mencari dan mendapatkan informasi yang keliru dan parsial mengenai kesehatan reproduksi.

1.2  RUMUSAH MASALAH
1.2.1  Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?
1.2.2  Apa saja faktor yang mempengarui kesehatan reproduksi pada remaja?
1.2.3  Apa saja masalah yang timbul pada kesehatan reproduksi remaja?
1.2.5  Bagaimana cara mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja?
1.2.5   Apa yang dimaksud dengan keputusan?
1.2.6  Bagaimana peran wanita dalam keluarga dan masyarakat?
1.2.7  Bagaimana peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan?

1.3  TUJUAN PENULISAN
1.3.1        Umum
a.       Mampu menjelaskan asuhan kesehatan reproduksi remaja
b.      Mampu memahami dan melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan
1.3.2        Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kesehatan reproduksi remaja
b.      Mahasiswa mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
c.       Mahasiswa mampu mengetahui masalah yang timbul dalam kesehatan reproduksi remaja
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan solusi mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan definisi keputusan
f.       Mahasiswa mampu menjelaskan peran wanita dalam keluarga dan masyarakat
g.      Mahasiswa mampu menjelaskan peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A.    Definisi Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi, dkk., 2002:35).
Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi teintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar ( Ali, 2005:9).
Terdapat definisi tentang remaja berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, antara lain :
a.       Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
b.      Meurut WHO batasan usia remaja adalah 12 hingga 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum kawin.
c.       Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasab usia remaja adalah 10 hingga 19 tahun.
d.      Pada buku pediatric seseorang dianggap memasuki remaja bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun yntuk laki-laki.
e.       Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
f.       Menurut Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal
g.      Menurut UU Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 thun untuk anak laki-laki.
h.      Menurut Diknas anak dianggap remaja bila sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan usia saat lulus sekolah menengah

B.     Definisi Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kara re- yang artinya kembali dan kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan keturunan berarti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi manusia. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat di sini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas kecacatan, tetapi juga sehat secara mental serta sosial budaya.
Kesehatan Reproduksi (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
 Kesehatan Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.

C.     Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
            Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.  Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai  proses reproduksi.

2.2  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
a.       Faktor Sosial-Ekonomi dan Demografi
Terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
b.      Faktor Budaya dan Lingkungan
Misalnya, praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain.
c.       Faktor Psikologis
Dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi.


d.      Faktor Biologis
Ccat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual.

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu : kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular seksual (PMS), penyalah gunaan NAPZA, pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.
A.    Kebersihan Organ-Organ Genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
B.     Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan.
Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut.
C.     Hubungan Seksual Pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua.Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman.
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku Facts of Life yaitu:
1.                  Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2.                  Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3.                  Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4.                  Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5.                  Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
6.                  Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7.                  Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8.                  Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9.                  Kanker hati (Liver Cancer)
10.              Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11.              Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12.              Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13.              Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri.
D.    Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain.
Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
E.     Pengaruh Media Massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
F.      Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan.Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.
G.    Hubungan Harmonis Dengan Keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku remaja.Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.

2.3  MASALAH YANG TIMBUL PADA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Kuatnya norma sosial yang menganggap seksualitas adalah tabu akan berdampak pada kuatnya penolakan terhadap usulan agar pendidikan seksualitas terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Sekalipun sejak reformasi bergulir hal ini telah diupayakan oleh sejumlah pihak seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan seksualitas dalam mata pelajaran ’Pendidikan Reproduksi Remaja’, namun hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem nyata yang dihadapi remaja.
Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1.      Perkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya.Korbannya tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2.      Free Sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3.      Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4.      Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan.Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk melangsungkan kehamilan.
5.      Perkawinan Dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan.Di beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan.Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar pernikahan dan alasan ekonomi.
Remaja yang menikah dini, baik secara fisik maupun biologis belum cukup matang untukmemiliki anak sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini berkaitan dengan distribusimakanan yang tidak merata, antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
6.      IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual), dan HIV/AIDS
IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.

2.4  SOLUSI MENGATASI MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Berbagai keadaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara memberi pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja. Pengetahuan dasar tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Tumbuh kembang remaja : perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemia, dan kesehatan reproduksi.
b.      Kehamilan dan melahirkan usia dini : usia ideal untuk hamil, bahasa hamil pada usia muda, berbagai aspek kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan abortus.
c.       Pendidikan seks bagi remaja : pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan seks, dan keragaman seks.
d.      Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
e.       Kekerasan seksual dan cara menghindarinya.
f.       Bahaya narkoba dan minuman keras pada kesehatan reproduksi.
g.      Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.
h.      Kemampuan berkomunikasi : memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana bersikap asertif (memiliki komunikasi yang baik).
i.        Hak reproduksi dan gender.
   Upaya pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan secara umum untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, guna  membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan kesehatan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional. Secara khusus pembinaan ini bertujuan untuk :
a.       Meningkatkan pengetahuan remaja tentang oertumbuhan dan perkembangan biologis yang terjadi pada dirinya.
b.      Menurunkan kehamilan di kalangan remaja.
c.       Menurunkan angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja.
d.      Menurunkan angka kejadian penyakit akibat hubungan seksual di kalangan remaja.
e.       Meningkatkan peran serta remaja dalam upaya pembinaan kesehatan dirinya.
f.       Meningkatkan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan remaja.

·         Strategi Meningkatkan Kesehatan Remaja
a.       Pendidikan Seks
Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi (kespro) atau istilah kerennya sex education sudah seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun informal.Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja.Materi pendidikan seks bagi para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.Meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memandang pendidikan seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar.Berdasarkan sudut pandang psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja, dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis.
Pendidikan seks yang dilakukan sejak dini dapat menekan laju angka penderita penyakit kelamin, AIDS dan aborsi yang dilakukan kalangan remaja.Bahkan juga bisa mencegah terjadinya perilaku penyimpangan seks. Materi pendidikan seks tidak perlu ditutup-tutupi, karena akan menjadikan siswa bertambah penasaran dan ingin mencobanya. Namun, perlu juga disertai penjelasan akibat seks itu sendiri.
Poin-poin penting yang perlu disampaikan dalam sex education :
1.         Mengenalkan Perbedaan Lawan Jenis
Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan jenis kelamin. Hal ini yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian, gaya rambut, cara buang air kecil. Terangkan bahwa anak laki-laki jika sudah besar akan jadi ayah dan anak perempuan akan men­jadi ibu. Tugas utama ayah adalah mencari nafkah, walaupun harus tetap memperhatikan keluarga. Adapun tugas utama ibu adalah mengatur rumah tangga dan kelu­arga. Namun, tidak menutup kemungkinan seorang ibu membantu ayah dalam mencukupi kebutuhan. Dengan demikian, anak bisa memahami peran jenis kelamin dengan baik dan benar.
2.      Memperkenalkan Organ Seks
Caranya cukup mudah, misalnya dengan menggunakan boneka ataupun ketika mandi.Perkenalkan anak secara singkat organ tubuh yang dimiliki, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, serta jangan lupa penis dan va­gina. Terangkan juga fungsi dari anggota tubuh dan cara pemeliharaannya agar terhindar dari kuman penyakit.
3.      Menghindari Anak Dari Kemungkinan Pelecehan Seksual
Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak boleh dipertontonkan secara sembarangan.Tumbuhkan rasa malu pada anak, misalnya ketiika keluar dari kamar mandi hendaknya mengenakan pakaian atau handuk penutup.Selain itu, jika ada yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
4.      Informasikan Tentang Asal-Usul Anak
Untuk anak usia prasekolah, bisa diterangkan bahwa anak berasal dari perut ibu, misalnya sambil menunjuk perut ibu atau pada ibu yang sedang hamil. Sejalan dengan usia, anak boleh diterang­kan bahwa seorang anak berasal dari sel telur ibu yang dibuahi oleh sperma yang berasal dari ayah. Tekankan bahwa pembuahan boleh atau bisa dilakukan setelah wanita dan pria menikah.
5.      Persiapan Menghadapi Masa Pubertas
Informasikan bahwa seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan yang jelas terlihat adalah ketika memasuki masa pubertas. Anak perempuan akan mengalami menstruasi/haid, sedangkan anak laki-laki meng­alami mimpi basah. Hal ini menandai juga perubahan pada bentuk tubuh dan kualitas, misalnya bagian dada yang membesar pada wa­nita dan suara yang memberat pada seorang pria. Penjelasan yang diberikan tentu menggunakan istilah tepat namun tetap dapat dipahami anak.
Orang tua dapat memberikan anak buku dengan topik pendidikan tentang seks. Bacalah bersama anak dan diskusikan apa yang telah dibaca. Hati-hati menonton acara televisi yang mungkin tidak sengaja berisi kasus-kasus perkosaan dan kekerasan seksual lainnya.Oleh karena itu, orang tua harus peka untuk langsung mendiskusikannya dan menjelaskan secara baik, sebab akibat dari kasus tersebut. Yang terpenting di sini adalah meluangkan waktu, untuk menyampaikan pendidikan seks dengan santai dan cukup waktu.Perhatikan juga karakter anak dan rentang atensi yang dimiliki anak, sehingga anak tidak bosan atau jenuh. Gunakan media seperti gambar, buku, dan benda lain yang menarik minat anak dan buat semenarik mungkin.
Pendidikan seks diberikan sejak usia balita, tahapan-tahapan pendidikan seks :
1.      Usia balita (1-5 tahun)
Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.
2.      Usia sekolah (6-10 tahun)
Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.
3.      Usia menjelang remaja (10-13 tahun)
Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.
4.       Usia remaja
Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan (seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip ‘say no‘ untuk seks pra nikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.


5.      Usia pranikah
Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.
6.      Usia setelah menikah
Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualitas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stres.

Materi pendidikan seks yang diberikan di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikanadalah sebagai berikut :
A.    Sekolah Dasar (SD) : Terutama Kelas 5-6 SD (memasuki usia remaja)
1.      Keterbukaan pada orang tua.
2.      Pengarahan akan persepsi mereka tentang seks bahwa hal tersebut mengacu pada ‘jenis kelamin’ dan bukan lagi tentang hal-hal di luar itu (hubungan laki-laki dan perempuan, proses membuat anak, dsb.).
3.      Perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
4.      Pengenalan bagian tubuh, organ, dan fungsinya.
5.      Memakai bahasa yang baik dan benar tentang seks  menggunakan bahasa ilmiah, seperti “Penis”, “Vagina”.
6.      Pengenalan sistem organ seks secara sederhana.
7.      Anatomi sistem reproduksi secara sederhana.
8.      Cara merawat kesehatan dan kebersihan organ tubuh, termasuk organ seks/organ reproduksi.
9.      Mengajarkan anak untuk menghargai dan melindungi tubuhnya sendiri.
10.  Proses kehamilan dan persalinan sederhana.
11.  Mempersiapkan anak untuk memasuki masa pubertas.
12.  Perkembangan fisik dan psikologis yang terjadi pada remaja.
13.  Ciri seksualitas primer dan sekunder.
14.  Proses terjadinya mimpi basah.
15.  Proses terjadinya ovulasi dan menstruasi secara sederhana.
16.  Memberikan pemahaman bagi para siswa mengenai pendidikan seksual agar siswa dapat memiliki sikap positif dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap kesehatan reproduksinya secara umum.
B.     Sekolah Menengah Pertama (SMP)
1.      Menjelaskan sistem organ seks dengan cukup detail.
2.      Proses kehamilan dan persalinan agak detail.
3.      Sedikit materi tambahan tentang kondisi patologis pada sistem organ seks.
4.      Memperluas apa yang telah dibicarakan di SD kelas 5 dan 6, yakni identitas remaja, pergaulan, dari mana kau berasal, proses melahirkan, dan tanggung jawab moral dalam pergaulan.
5.      Lebih mengarah ke penyuluhan “Safe Sex”. Bukan hanya untuk menhindari kehamilan, tapi juga menhindari penyakit-penyakit seksual.
C.     Sekolah Menengah Atas (SMA)
1.      Menjelaskan secara detail dan lengkap materi tersebut di atas, ditambah bahaya penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS.
2.      Mendalami lagi apa yang telah diberikan di SD dan SLTP yakni secara psikologis pria dan wanita, paham keluarga secara sosiologi, masalah pacaran dan tunangan, komunikasi, pilihan cara hidup menikah atau membujang, pergaulan pria dan wanita, tubuh manusia yang berharga, penilaian etis yang bertanggung jawab sekitar masalah-masalah seksual dan perkawinan



b.            Fungsi Penting Program Promosi Kesehatan Remaja
a)      Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan keputusan tentang kesehatan.
b)      Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat.
c)      Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku peningkatan kesehatan.
d)     Memfasilitasi pertumbuhan dan aktualisasi diri.
e)      Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang merusak kesehatan dan kesejahteraan.

2.5  PENGERTIAN KEPUTUSAN
Dalam menjalani kehidupan, manusia pada hakekatnya selalu membuat keputusan. Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari kehidupan manusia sehari – hari, untuk menemukan hal – hal yang terbaik bagi kelangsungan hidupnya. Emory dan Nilan (Harrison,1992) mengatakan pengambilan keputusan menunjukan pada aktivitas seleksi dan komitmen. Pembuat keputusan memilih tujuan – tujuan yang disukai, peryataan yang paling masuk akal, jalan yang masih baik. Ellion (Harrison,1992) mengindikasikan bahwa pengambilan keputusan, adalah orang yang bertindak sebagai pengambil keputusan, melakukan perbandingan atas alternatif, termaksuk melakukan evaluasi terhadap manfaatnya.
Keputusan adalah tindakan seseorang untuk memilih satu atau lebih di antara berbagai kemungkinan yang ada dalam kondisi yang belum jelas. Keputusan dibuat dalam kondisi yang tidak jelas alias masih diragukan ketepatannya dengan situasi yang ada. Membuat keputusan berarti siap dan berani menanggung segala risiko yang ditimbulkannya.
Keputusan yang dibuat tentu saja akan teruji lewat respons lingkungan serta perubahan situasi dan kondisi.Semua aktivitas bertujuan untuk mencapai peningkatan kualitas manusia yang bersifat kontinu atau berkelanjutan. Manusia harus selalu kreatif saat memecahkan masalah yang dijumpai dalam keseharian hidupnya.
Dengan kata lain, keputusan yang baik adalah suatu tindakan yang sistematis terhadap suatu masalah dengan cara mengumpulan fakta-fakta dan data-data serta menentukan pilihan-pilihan yang matang untuk mengambil suatu tindakan yang tepat.

2.6  PERAN WANITA
A.    Peran Wanita dalam Keluarga
1.      Sebagai  pendamping suami
Keberhasilan seorang suami sangat didukung oleh dukungan dari seorang istri. Untuk itu peran wanita seabgai istri pendamping suami diantaranya :
1.      Memposisikan diri sebagai istri sekaligus ibu, teman, dan kekasih bagi suami.
2.      Menjadi teman diskusi seraya memberikan dukungan motivasi kepada suami.
3.      Berbagi rasa suka dan duka serta memahami keadaan keadaan, kedudukan, tugas dan  tanggung jawab suami.
4.      Menjaga kesesuaian hubungan suami istri.
2.      Sebagai  partner hidup
a.       Mampu berfikir luas dan mengikuti / memahami langkah suami dalam menjalani hidup, misalnya meniti karier.
b.      Menciptakan kesamaan pandangan dan latar belakang sehingga memperkecil resiko kesalahpahaman bahkan terjadinya perceraian.
3.      Sebagai pencari nafkah tambahan
b.      Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi keluarga.
c.       Mengusahakan penghasilan tambahan / berwirausaha sesuai dengan kemampuan.
4.      Sebagai pengatur rumah tangga
a.       Mampu menciptakan rumah tangga yang tenang dan aman.
b.      Mampu  Menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangga dan lingkungan.
c.       Mengatur dan mengelola waktu.
d.      Mampu mengatur keseimbangan penghasilan dan pembelanjaan.
e.       Pandai menghemat, hidup sederhana dan dapat menabung.
5.      Sebagai ibu (penerus keturunan) dan pendidik
a.       Mengusahakan dan mempersiapkan diri untuk melahirkan anak yang sehat.
b.      Mampu memenuhi kebutuhan anak, memberi rasa aman dan kasih sayang pada anak.
c.       Mampu mendorong dan  membimbing perkembangan jasmani dan rohani.
d.      Orang tua harus mempunyai kesatuan sikap dan pandangan dalam mendidik anak-anaknya. Sebagai pendorong dan contoh teladan bagi putra-putrinya.

B.     Peran Wanita dalam Masyarakat
Sebagai mahluk sosial yang hidup bermasyarakat, maka seorang wanita selain  berperan di keluarganya juga berperan dan berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial, salah satu diantaranya adalah dalam pembinaan kesejahteraan keluarga di masyarakat.
·         Peran wanita disini meliputi  :
1.      Peran sebagai orang tua.
2.      Peran sebagai kader.
3.      Peran sebagai perangkat desa.
4.      Peran sebagai petugas kesehatan.

·         Fungsi dari peran tersebut dapat dilaksanakan dengan :
1.        Ikut serta dalam program PKK.
2.        Sebagai anggota kader yang mampu melaksanakan dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan tindakan/kegiatan yang ada.
3.        Mengajak wanita lain untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan PKK.
4.        Memberikan motivasi dan bimbingan pada warga sekitar tentang pentingnya kesehatan keluarga serta lingkungannya.(Dwi Maryanti;h:23-26;2009)

2.7  PERAN DAN TUGAS BIDAN UNTUK MELIBATKAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Secara umum peran dan tugas bidan untuk melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan adalah sebagai fasilitator, motivator dan konselor.

A.    Cara Melibatkan Wanita dalam Pengambilan Keputusan
1.      Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan sesuai kebutuhan.
2.      Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan diambilnya.
3.      Meyakinkan wanita (ibu) untuk bertujuan terhadap keputusan yang akan diambilnya.
4.      Pastikan bahwa keputusan yang diambil adalah yang terbaik.
5.      Memberi dukungan pada wanita atas keputusan yang diambilnya.

B.     Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengambilan Keputusan
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan, yaitu diantaranya :
1.      Proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
2.       Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi harus berdasarkan pada sistematika tertentu.
3.       Masalah harus diketahui dengan jelas.
4.      Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis.
5.       Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang. (Yanti;2011)



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase dewasa.Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari  : menerima citra tubuh,menerima identitas seksual, mengembangkan sistem nilai personal,membuat persiapan untuk hidup mandiri,menjadi mandiri /bebas dari orang tua,mengembangkan keterampilan,mengambil keputusan dan mengembangkan identitas seorang yang dewasa.Identitas status kesehatan anak remaja terdiri dari :identitas seksual,identitas kelompok,identitas pekerjaan,identitas moral,dan identitasa kesehatan.
Masa remaja  ada dua aspek perubahan  yaitu perubahan fisik dan perubahan psikologis.    Keluarga, sekolah, dan tetangga merupakan aspek yang secara langsung mempengaruhi kehidupan remaja. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (senggama) yang pertama kali atau mereka merasa bahwa dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV / AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
3.2  Saran
A.    Saran umum
Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan keperawatan komunitas tentang kesehatan reproduksi remaja.
B.     Saran khusus
a.       Mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan program yang mengajarkan perilaku sehat kepada para remaja dan mampu menjelaskan dan melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan.
b.      Para pemimbing atau pengajar diharapkan mampu memberi pendidikan kesehatan secara lebih detail tentang kesehatan reproduksi remaja






           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar